MALINDO Part 2 – Malaysia Mencuri Budaya Indonesia?


kudakepangjohor.jpg

Saya sering membaca Kompas Online, Media Indonesia Online, Detik.Com, Republika Online dan banyak lagi untuk mengetahui situasi dan kondisi di Indonesia. Sejak beberapa lama saya perhatikan kalo ada sesetengah orang Indonesia merasa jengkel dengan promosi Malaysia Is Truly Asia yang giat diadakan di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia sendiri. Apalagi sejak adanya maskapai penerbangan murah AirAsia mula beroperasi di Indonesia, semakin giat promosi ini dijalankan di kaca televisi swasta di Indonesia.

Saya ga ambil pusing kalo orang mau sakit hati kek, jengkel kek atau mau sewot sekalipun. Cuman ya saya rasa terpanggil untuk memberi pemahaman kepada mereka2 yang masih belum mengerti agar mereka2 ini tidak seenaknya ngomong asbun aja. Paling tidak, mereka harus diberi peluang (sebenarnya peluang itu sentiasa ada, cuman sendiri aja yang malas) pendidikan sejarah dan sosial negara tetangga. Mudah2an pikiran2 ga bener itu dapat diluruskan dan seterusnya tidak menjadi satu “ancaman” yang dapat menggugat kenyamanan dan keamanan orang lain apalagi orang2 yang ga bersalah dan ga bersangkutan.

Ada yang marah waktu poster promosi wisata Malaysia memaparkan fotonya wayang kulit. Bertambah marah lagi apabila melihat foto orang lagi main kuda lumping, tarian piring, debus, sate, soto dan macem2 ah. Katanya Malaysia ngerampok hak budaya warga Indonesia. Katanya lagi, Malaysia cuba mematenkan budaya asli Indonesia. Kok marah banget sih?

Coba lihat di ruangan polling di Kompas Online. Cuplikan dari kata2 di polling tersebut; Lagu rakyat Rasa Sayange dijadikan jingle promosi pariwisata Malaysia. Perlu atau tidak perlukah Pemerintah Indonesia menanggapi serius tindakan Kementerian Pariwisata Malaysia tersebut?

Ada apa ini? Komentar pendek saya… Ga perlu marah sih. Budaya asli Indonesia itu buanyakkkkkk banget. Ga bakalan abis lho.

Namun kalo diperhatikan, media di Indonesia memang agak keterlaluan. Sukanya manas2in. Udah sering gitu. Aneh banget sih kelakuannya kalo sama Malaysia. Sama negara lain ga begitu. Katanya bersaudara? Tidak mau mengungkap kebenaran sebenar ke umum. Taunya membeberkan kebenaran versinya aja.

Sebenarnya, gampang aja mau memahami mengapa Malaysia menggunakan ikon2 yang kayanya seperti budaya Indonesia dalam promosinya. Itu adalah sesuatu yang wajar. Tau napa? Kerna perkara tersebut emang ada di Malaysia. Rakyat Malaysia kan terdiri dari berbilang bangsa dan suku. Ada orang Melayu, Cina, India, Serani dan sebagainya. Melayu aja pecahannya buanyak. Kalau di Malaysia, orang keturunan Jawa, Minang, Aceh, Deli, Riau, Bugis, Banjar, Buton, Sambas dll itu dirangkum sebagai berbangsa Melayu. Namun begitu, mereka itukan punya ciri2 khas suku masing2 yang masih dipelihara hingga kini.

Wayang kulit emang ada kok di Malaysia. Dulu-dulu ada wayang kulit Jawa di negeri bagian Johor ama Selangor. Tapi kayanya sekarang ga ada lagi. Yang tinggal cuman wayang kulit Siam atau Kelantan yang masih wujud di negeri bagian Kedah, Terengganu ama Kelantan. Kuda lumping masih ada di Johor dan Selangor kerna dua negeri bagian ini mempunyai ramai penduduk berdarah keturunan suku Jawa, namun dipanggil Kuda Kepang. Angklung juga udah lama ada di Malaysia. Itukan udah menjadi alat musiknya nusantara. Kalo Debus, dipanggil Tarian Dabus merupakan tarian tradisi di negeri bagian Perak.

tariandabusnegeriperak.jpg

Gampang kalo mau memahami. Di Malaysia banyak orang yang bergaris keturunan ama suku2 kaum yang berasal dari Indonesia. Jadi wajarlah kalo budaya itu turut ada di Malaysia. Sekarang mereka telah menjadi rakyat dan warganegara Malaysia dan mereka mempunyai hak untuk melestarikan kebudayaan mereka itu. Oleh kerna mereka rakyat Malaysia, sudah tentu budaya mereka menjadi budaya negara Malaysia juga. Budaya itu hak mereka. Mereka ga mencuri dari siapa2 kok! Begitu juga ama Suriname. Di Suriname banyak dari rakyatnya bergaris keturunan suku Jawa. Mereka itu ialah dari keturunan orang2 Jawa yang ditangkap dan dijadikan hamba abdi oleh Belanda bagi membuka tanah atau ladang di sana. Di Suriname ada kok yang ngomong pake bahasa Jawa. Blankon aja ada di Suriname. Kuda lumping? Tempe? Batik? Adalah yau! Malah Didi Kempot (nyang nyanyi lagu Stasiun Balapan, Stasiun Senen dan juga Stasiun Gambir – emang semua stasiun dinyanyiin?) itu ngetop banget di Suriname. Sebenarnya orang keturunan Jawa di Suriname itu kayanya “ lebih Jawa” dari orang2 keturunan Jawa di Malaysia padahal mereka lebih jauh jaraknya dari pulau Jawa!

Kualitas budaya? Jangan ngomong soal kualitas budaya orang lain dong! Apa hak kita ngeledekin budaya orang lain dengan meletakkan standar kualitas budaya. Kalau ga suka ya udah. Ga perlu menghujat atau menghina. Itukan budayanya masing2. Memuji budaya sendiri itu boleh2 ajalah. Tapi ga perlu lho merendahkan budaya orang lain. Harus pede man! Pede!

Soal lagu Rasa Sayange itukan udah jadi lagu rakyat di nusantara ini. Malaysia, Singapore, Indonesia, Brunei dan selatan Filipina yang menggunakan bahasa Melayu sudah tau lagu ini sejak dari jaman dulu lagi. Sejak dari belum wujudnya Indonesia dan Malaysia. Lagian kalo Malaysia mau memperbesarkan masalah sepele yang sebenarnya bukan masalah ini mah lebih gampang. Lagu itu make bahasa apa? Bahasa Melayu bukan? Sebelum Malaysia dinamain Malaysia, nama asalnya ialah Semenanjung Tanah Melayu! Bersaudara ama Sumatera. Bahasanya bahasa Melayu. Bahasa Indonesia aja berasal dari bahasa Melayu yang telah menjadi lingua franca sejak dari jaman Srivijaya dan diperkuatkan oleh Kerajaan Kesultanan Melayu Melaka. Bahasa Indonesia yang awal, dialeknya, perkataannya adalah Melayu banget. Cuman sekarang aja udah banyak dipengaruhi oleh perkataan2 dari suku2 yang lain terutama sekali suku Jawa. Ga percaya? Hayo coba nonton filem2 Indonesia tahun 40an sampe 70an (emang ada yang lebih awal dari 40an?). Coba juga denger lagu2 waktu jaman tersebut.

Menurut pikiran saya yang merasa diri ini agak2 sok pinter walau kadang emang pinter beneran (sekedar basa-basi), saya melihat perkara ini berlaku kerana ada pihak coba untuk memanipulasi sentimen nasionalisme. Apalagi rakyat Indonesia memang telah ditanam dengan semangat nasionalisme dan solidaritas yang tinggi oleh Sukarno dan Suharto sejak dari jaman dulu lagi. Saya ga mau pergi jauh, cukup untuk saya jadikan peristiwa Ganyang Malaysia pada tahun 1963~1965 telah membuktikan bahawa Sukarno telah memanipulasikan sentiment nasionalisme untuk mengalih permasalahan dalam negara sendiri untuk ditimpukkan ke negara tetangga alias negara saudaranya. Sukarno menghadapi masalah besar ketika itu. Ekonomi macet. Diembargo ama Amrik. Harga barang2 meningkat. Rakyat lapar dan apabila lapar ya gampang marah2. Mahasiswa ya sama seperti mahasiswa sekarang, setiap hari demo terus. Makan ga makan, harus demo! Yang namanya mahasiswa itu kalo ga pernah demo, title mahasiswanya itu belum sah! Sukarno udah kepepet. Mana mau menghadapi masalah itu, ditambah lagi ama masalah PKI. Ujung2nya, ya Ganyang Malaysia lah! Rakyat Indonesia harus bersatu menghancurkan Malaysia yang menjadi antek Barat. Indonesia Raya harus diwujudkan! Bangun! Bangkit! Solidaritas! Indonesia Raya!

Yang sebenarnya kita harus mikirlah dengan tenang dan jernih. Para pemimpin, pejabat2, para jurnalis, orang2 media, orang2 press (eh! sama)… tambahkan ilmu, bersihkan hati. Cari tau maklumat atau informasi yang bener. Mikir pake otak bukan pake perasaan. Kalau ada masalah, ya diselesaikan masalah itu dengan sebaik2nya. Bukan dengan cara menutupinya dengan ngebikin masalah baru. Jaman udah berubah! Jika dulu Malaysia jauh ketinggalan, sekarang ya paling tidak udah agak mendinglah. Begitu juga Indonesia. Indonesia itu kaya lho. Kaya banget! Buktinya waktu krismon dulu, penjualan mobil mewah di seluruh asia pasifik jatuh (laporan dari SCTV). Tapi di Indonesia malah meningkat! Kaya banget kan?!

Akhir kata… kita ini rakyat kecil. Jangan jadikan diri kita ini budak permainan orang2 besar. Kita benahi hidup kita. Ngapain sibuk ama orang lain yang ga ada hubungannya ama kita!

27 Respons to “MALINDO Part 2 – Malaysia Mencuri Budaya Indonesia?”

  1. Marc Anthony Says:

    “Ada apa ini? Komentar pendek saya… Ga perlu marah sih. Budaya asli Indonesia itu buanyakkkkkk banget. Ga bakalan abis lho.”

    Penggalan di atas memang ada benarnya, kita gak perlu marah, apalagi kalau sampai merusak diri sendiri. Memang benar media malaysia dan orang2 malaysia mirip betul dengan perilaku media atau orang2 di Inggris…jago intrik.

    Hanya satu hal yg perlu di pahami betul, latar belakang mengapa ada “kemarahan massal” di Nusantara.

    Kejadian “Rasa sayang sayange”, menyumbangkan simpul permasalahan baru dalam ikatan persaudaraan antara indonesia dan malaysia, yg memang belum lama terjadi : kasus sipadan lingitan, kasus ambalat, pemukulan wasit dan penangkapan isteri diplomat indonesia oleh pasukan Rela malaysia, yang masih dalam kaitannya dng tatanan Hukum Diplomatik yg nota bene para subjek utamanya adalah G to G (government to government). Simpati dan Aspirasi rakyat terhadap kasus2 tsb memang sangat banyak, namun belum sampai menyentuh bagian dalam dari jiwa khalayak yaitu identitas nasional sebagai suatu bangsa yg berdaulat yaitu bangsa indonesia.

    Lain hal-nya dengan kasus “Rasa sayang sayange”, lagu tersebut adalah lagu daerah yang muncul dari nilai2 adat, pusaka adat. Muncul dari dalam jiwa, punya karakter khas masyarakat adat ybs (maluku), menjadi salah satu identitas diri, dalam konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia, nilai2 adat tsb telah menjadi salah satu bagian/akar pembentuk identitas diri Bangsa Indonesia.

    Oleh karenanya, yg menjadi subyeknya dan langsung terkena bukan cuma pemerintah Indonesia saja tapi rakyat Indonesia juga baik secara kolektif maupun individual. Knp bisa begitu ? karena ya itu tadi…menyangkut nilai2 adat yg muncul dan berkembang secara otentik dalam kebudayaan Indonesia. Rakyat Indonesia merasa malaysia dengan sadar merebut dan menghilangkan identitas diri Rakyat Indonesia. Inilah yg menjadi sebab munculnya “kemarahan massal” thd malaysia di Indonesia.

    Atas dasar konsep : “pluralisme nilai2 adat membentuk satu kesatuan adat/budaya yaitu budaya Indonesia” tadi, maka saya dengan tegas menyatakan TIDAK SEPENDAPAT dng pemikiran anda : tdk apa2 satu hilang masih ada banyak yg lain. Karena kalau satu hilang maka bagimana mungkin kesatuan itu akan terjadi.

    Sekilas memang ini cuma sekedar lagu, tapi ini lagu daerah yg telah menjadi milik Nasional Bgs Indonesia (Lagu Nasional), oleh karenanya persoalan tidak hanya terletak pada komposisi nada atau lirik semata, tapi ke hal yg lebih serius : Identitas diri suatu bangsa.

    Demikian tanggapan saya.

    Marc

  2. Marc Anthony Says:

    Saya ga ambil pusing kalo orang mau sakit hati kek, jengkel kek atau mau sewot sekalipun. Cuman ya saya rasa terpanggil untuk memberi pemahaman kepada mereka2 yang masih belum mengerti agar mereka2 ini tidak seenaknya ngomong asbun aja. Paling tidak, mereka harus diberi peluang (sebenarnya peluang itu sentiasa ada, cuman sendiri aja yang malas) pendidikan sejarah dan sosial negara tetangga. Mudah2an pikiran2 ga bener itu dapat diluruskan dan seterusnya tidak menjadi satu “ancaman” yang dapat menggugat kenyamanan dan keamanan orang lain apalagi orang2 yang ga bersalah dan ga bersangkutan.
    ______________________________________________________________

    Apa anda sendiri sudah mengenyam pendidikan sejarah dan sosial negara Indonesia ? Pemerintah kami sudah banyak memberikan peluang, dan peluang itu senantiasa ada utk warga negara Malaysia mempelajari sejarah dan sosial negara Indonesia ….lihat saja sendiri…banyak sekali mahasiswa asal malaysia yg belajar di sekolah2/perguruan tinggi di indonesia…..Apa mereka yg sudah dan sedang belajar di Indonesia telah mempelajari sejarah nasional dan nilai2 sosial bangsa kami ? Kalau sudah…bergegaslah meluruskan persoalan penjarahan ini dengan pemerintah anda…perkenalkan pd pemerintah anda sejarah nasional dan nilai2 sosial bangsa Indonesia….tapi bila para alumni atau mahasiswa ini belum belajar maka belajarlah !!!! Buat yg tidak mau belajar memahami sejarah dan nilai2 sosial bangsa Indonesia berarti kalian malas !!!!

  3. Jefri al-Jufri Says:

    Situs ini situs persaudaraan. Bukan tempat bertengkar. Bukan tempat menghina sesama manusia.

    Berpikirlah yang jernih. Apa kerna petinggi kedua negara berselisih pendapat atau lagi krisis, maka kita sebagai rakyat biasa yang cinta keamanan dan persaudaraan mau ikutan bertengkar juga. Bodoh amat loe Marc! Berapa loe dibayar ama politikus munafik itu? Sekedar nasi bungkus buat pengisi perut setelah lapar teriak2 dan berdemo?

    Gue punya banyak sodara di Malaysia, Singapore mau belahan dunia yang lain. Loe aja yang kampungan rek! Maluin-maluin bangsa aja.

    Loe kalo mau berantem atau saling menghujat, bukan di sini tempatnya!

    Hidup Indonesia! Hidup Malaysia! Hidup Persaudaraan!

  4. prasst Says:

    Tidak anehlah kalo Malaysia ambil lagu daerah Maluku “Rasa Sayange”, lha wong lagu kebangsaannya aja nyomot lagu keroncong Indonesia kok, hehehehe…. Sbnrnya yg salah jg bangsa Indonesia siih yg gak cepat tanggap dlm permainan comot-mencomot dan tuntut-menuntut… Pertanyaannya buat apa siih badan Internasional sok2an bikin daftar copyright segala ??

  5. Marc_anthony Says:

    Prasst lebih berwawasan, dia tahu ada badan internasional utk copyright….ini dia comment yg gw tunggu ….. gw setuju sama prasst !

    Jefri…kalau ada politisi yg mau kasih saya uang hanya utk melakukan operasi pembungkaman media di internet…tak usahlah, ini bukan operasi pembungkaman, kalau memang operasi pembungkaman, blog ini sdh almarhum begitu kata rasa sayange muncul di google…murni karena ketulusan hati melihat banyak banget orang malay yg kasih comment di berbagai media yg sifatnya mencemooh ke-bhineka tunggal ika-an kami. Intrik bukan bagian budaya Indonesia.
    Saudara2 jeff ada yg di malaysia ya ? lom ada yg kena di garuk sama RELA-kan ? syukurlah…

  6. Gajah Mada Says:

    Sebenarnya sederhana saja Maling Sial ini pakai lagu-lagu nusantara. Silahkan, toh MALING SIAL ini dulunya jajahan Majapahit. Makanya Wilayah Nusantara perlu dikembalikan ke aslinya. Sudah saatnya Maling Sial diserbu balatentara seluruh Nusantara. Sumatra, Jawa, Kalimantan, Maluku, Papua siap bertempur melawan si keparat yang suka aniaya pekerja, makan dari judi, aniaya wasit, istri diplomat, jarah hutan Kalimantan. Kurang apa lagi. Tidak usah terlena kata-kata manis warisan Inggris. Pokoknya bersiaplah bala tentara Nusantara!

  7. Nyungsep ajelu! Says:

    lagu kicir kicir itukan dari betawi tapi kok di malaysia ada yg ngaku2 itu ciptaannya orang sana sich!
    lagu kakaktua gitu juga kalo ga percaya ke situs resmi pemerintah m’sia aja

    *MALING……sia. :shoot:

  8. man Says:

    Jangan menyalahkan orang lain apabila anda gagal mentadbir negara anda dengan baik. Apa negara anda tidak mempunyai orang yang berkebolehan untuk mengatasi masalah tersebut?

    Jika diri sendiri bodoh, jangan salahkan orang lain. Belajarlah dengan tekun dan sungguh-sungguh. Muhasabah diri sendiri! Tidak salah berguru. Tapi jika untuk belajar pun anda sombong, bagaimana nak pandai?!

    Kebodohan, kesombongan dan keangkuhan bangsa andalah yang menyebabkan kerosakan di negara anda! Anda menghabiskan banyak waktu untuk mencaci orang lain sedangkan kerosakan di negara sendiri tidak diperbaiki.

    Selamat belajar dan semoga berjaya!

  9. Kamal Says:

    Itulah sifat orang malingsia, sok bijak, banyak intrik dan pintar bersilat lidah. Terimakasih man kami memang harus banyak belajar terutama dari bangsa malingsia yang sudah sangat maju dan kaya raya itu. Kami memang miskin, bodoh dan kurag pendidikan tapi kami masih punya identitas dan punya budaya sendiri yang mandiri. Kalo kalian mau silahkan Tari Jaipongan, degung atau sendratari keraton yogyakarta sekalipun kalian patenkan dan akui sebagai milik budaya malingsia. Dan setelah itu tanya hati nurani kalian……

  10. kadhol Says:

    klo mau promosi pake lagu dari bangsa sendiri enggak usah comot lagu dari negara orang, apa enggak punya malu ???

  11. indo hebat Says:

    oi malay ngentot. mati aja lu

  12. Kusno Basuki Says:

    All about REOG PO(r)NO ROGO…..eehhhh PONOROGO!!!!!

    I just want to say “Thanks or Malaysian brothers there…that JAVANESE CULTURE still lives in Negeri Melayu…

    Matur nuwun poro sederk Melayu…poro leluhur Jowo sing iseh urip lan wis kundur dumateng ALLAH bileh kesenian jowo taksih wilujeng ing tanah Mojopahit kang sampun wucal dados MALAYSIA.

    Thanks for my grandpa and grandma…who sill alive and back to ALLAH’s hand…..that Javanese Culture is still alive in Majapahit Land as known Malaysia….

    Terima kasih para leluhur Jawa yang masih hidup dan sudah kembali ke Rahmatullah…karya seni Bapak-Ibu masih terpelihara di tanah Majapahit yang sekarang kita kenal sebagai Malaysia…

    Masak hanya gara-gara tarian Reog kita ribut!!!???? malu aku…isen isiiiin aku….

    Pertama kali waktu awak menginjak tanah Melayu ini awak sebenarnya bangga dan merindiiiinng waktu disugihi tarian Jawa..”kuda lumping” kok ya masih ada di Malaysia ini….(awak datang waktu itu sebagai duta mahasiswa hukum dari Indonesia “Association Law Students for Asean Countries”, padahal tarian itu sulit saya temukan di luar wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat.

    Lalu Kapan ada “The Real van JowoScript” ada???? bukannya JavaScript…
    padahal kalau mau kita pelajari JvaScript itu khan mengambil filsafat budaya Jawa murni ….ONE WRITE FOR ALL!!!! tanya si pembuatnya, kenapa dia pakai nama JAVA….

    Lha wong Google wae wis nganggo “boso jowo” lho…..kok ora podho ribut…

  13. dolmat Says:

    kusno basuki,

    di Malaysia banyak orang jawa especially di Batu Pahat, Johor dan Selangor. menteri besar selangor pun keturunan jawa. di blog ini ada lagu jawa, nyanyian herman tino. cuba-cubalah dengar. tok aku pun jawa jugak. tapi di malaysia, jawa termasuk dalam rumpun melayu. no problem lah. cuma heran apsal orang jawa kat pulau jawa marah2.

  14. Orang pinter Says:

    Hidup maling, teruskan kreatif kemalinganmu….. ciiiaaat!!!

  15. Remedy Says:

    wahaha…. iya gue lupa kalo orang malesya emang kreatif di bidang pencurian kebudayaan….

  16. robby Says:

    malaysia anjing!!!!

  17. Remedy Says:

    GANYANG MALESYA!!!!!!

  18. EGP Says:

    Buat para Malaysian, mohon jangan panggil kami dengan sebutan/panggilan “indon” walaupun kalian tidak bermaksud menghina tp buat kami itu memalukan, kenapa ngga panggil Indonesian aja atau Indo, lebih baik daripada indon, harap mengerti. thx

    part time moderator menjawab;

    saya tak tahu kenapa anda harus rasa malu dipanggil “indon” padahal itu cuman short form dari indonesia dan tidak mengandungi unsur2 penghinaan. kami tak kisah pun kalau kalian panggil “malay” short form dari malaysia.

    cuma kami harap pihak anda menghentikan (tapi kami tahu kalian ga peduli) promosi besar-besaran menghina malaysia. di indonesia sekarang kempen memburuk-burukkan malaysia sangat giat dijalankan. sampaikan t-shirt bertulis malingsia, ganyang malaysia banyak dipasarkan di sana.

    entah apa2 ntah.

  19. Nordin Says:

    Saya tertarik bila terbaca tulisan bapa dalam rencana ini. Sebenarnya isu mencuri budaya ini juga banyak diperkatakan di Malaysia. Saya amat setuju sekali atas pandangan Bapa itu. Ini bukan soal mencuri tetapi soal fakta bahawa ramai orang-orang Malaysia yang berasal dari Indonesia, jadi jangan kaget jika budaya Indonesia terserap masuk sebagai budaya Malaysia.

    Seharusnya orang Indonesia sendiri merasa bangsa kerana kerturunan mereka menguasi banyak tempat di dunia ini apatah lagi di rantau Nusantara. Pemerintah Malaysia disarankan memasuki semua budaya ethenik dari berbagai keturunan seperti Melayu, Cina dan India, namun bagi orang-orang Melayu mereka rela mempromosikan budaya Nusantara ini dari lain-lain budaya yang susun galurnya sudah pasti berasal dari Indonesia, kami berbangga dengan asal kami itu yang kebanyakkan dari Indonesia tetapi kenapa pula Indonesia bersasa sebaliknya. Jika tidak kerana dipisahkan oleh penjajah dulu, barangkali kita masih duduk di dalam satu negara, apapun kita kan masih satu rumpun yang masih beragama Islam dan menggunakan bahasa yang sama, yang harus dimarahin itu adalah penjajah kita, bukannya asal usul bangsa kita sendiri.

    Saya harap tulisan bapa ini bisa meredakan keadaan terutama bagi mereka yang buta sejarah. Saya sendiri adalah campuran darah bugis dan Aceh. Ibu saya berdarah bugis dan bapa saya berdarah acheh, apakah salah jika saya berbangga dengan keturunan saya dari Indonesia, saya lebih senang melihat Malaysia menonjolkan budaya Indonesia dari menonjolkan budaya Hong Kong atau India. Saya harap biarlah kemarahan anda berpatutan kerana darah keturunan kami itu tidak bisa dicuri dimana-mana.

    Nordin
    Kuala Lumpur

    Bang Nasron bukan Part Time Moderator menjawab;

    Aisehmen Nordin, sampai hati kau panggil aku bapa/bapak! Hehehe. Panggil encik la lebih sesuai. Kita cakap BM la sebab itu bahasa kebangsaan kita.

    Awak dah salah faham kot? 🙂

  20. Spider Says:

    Hey, INDON!

    Silakan ganyang kami di Malaysia ni. Apa tunggu lagi! Kumpulkan bala tentera kamu tu, dan serang Malaysia.

    Jangan berani diblog saja. Kami siap menunggu kamu. Tapi sebelum itu minta semua indon yang berada di Malaysia ni pulang dulu. Kalau tidak merekalah yang akan menjadi mangsa pertama.

    Dulu kamu indon kami anggap bersaudara. Satu rumpunlah kononnya. Tapi sekarang tidak lagi. Kamu indon sudah menjadi musuh kami.

    Ayuh, ganyang dan serang sekarang!! Kita lihat apa yang jadi.

  21. Bang Nasron Says:

    Sabarlah Spider… sabar…

  22. Nordin Says:

    MALINDO Part 2 – Malaysia Mencuri Budaya Indonesia?

    Saya menjawab orang yang menulis artikel diatas, bunyi macam indon, saya ingat indon yang tulis, tak tau pulak melayu pun pandai tulis macam indon…hehehe…sorry salah faham.

  23. my2cent Says:

    walau mgkn hati tergerak melihat kebudayaan Indonesia yang diklaim milik Malaysia. toh memang sebenarnya indo dan malay masih satu rumpun. walau kadang muncul rasa nasionalisme dalam diri saia untuk membela indonesia.

    tetapi…

    karena pemerintah indonesia sendiri ga ada respon apa2.. mending saia damai-damai aja.. shoping ke klcc, sungeiwang, dll..
    bukannya saia tidak membela negara / tidak ada rasa nasionalisme, tp kalo dari pemerintahnya saja sudah tidak berespon, saia sbg warga negaranya mendingan jalan – jalan liburan dll

    peace ahh~ semoga aja orang2 byk yg berpikiran damai kaya saia..

    NB:
    saia jg lg suka sm ce di selangor >.< leng lai~!!

  24. BUMNers Says:

    eh cak nasron… gini lho..
    kita ambil jalan tengahnya aja…
    mungkin karena udah banyak perantauan dari hindia belanda (baca: indonesia) di negara sampeyan, untuk itu kami tidak menuntut bahwa budaya yang anda akui sebagai budaya asli itu adalah dari Indonesia, tapi cukup sampaikan asal usulnya dari misalnya… reog dari ponorogo jawa timur, makanan rendang dari ranah minangkabau, barongsai dari negeri cina dan sebagainya dan sebagainya…. kalau masalah pemerintah kami belum mematenkan kebudayaan2 tersebut… saya mau ucapkan TERIMA KASIH kepada malaysia, karena dengan begini kan mata pemerintah dan bangsa indonesia jadi terbuka betapa tidak enak dan tidak nyamannya budaya kita diklaim oleh negara lain.. walaupun serumpun, sehingga ke depannya pemerintah dan bangsa ini lebih menghargai dan mempatenkan karyanya. kita coba ambil hikmahnya saja lah dari kejadian ini…
    saya yakin warga negara malaysia seperti si spider ini tidak banyak koq… (karena saya sudah beberapa kali melancong ke negeri anda dan akhir tahunini saya mau mengunjungi negara anda lagi mau melihat budaya asal saya minangkabau di sana), yang cuma berani teriak2 tanpa solusi. harus kita akui dalam beberapa hal malaysia kini lebih maju, namun sejujurnya identitas budaya bangsa anda memang sangat minim… alias budaya melayu saja yang di daerah kami pun terdapat kebudayaan asli melayu (deli dan riau).
    jadi… kalaulah sejak tahun 60an sudah ada paten-mematenkan budaya dari bangsa-bangsa di asia ini… hari ini malaysia tidak akan pernah dapat menjargonkan “truly asia”, karena budaya melayu pun bukan milik malaysia sahaja. so malaysian… berterimakasihlah pada bangsa-bangsa di asia, utamanya indonesia, india dan cina….

    part time moderator menjawab;


    bang nasron tengah tension, dia malas nak jawab sebab asyik nak jawab benda yang berulang-ulang, tapi tak faham2. so, ini jawapan saya;

    – rasanya yang banyak teriak2 bukan orang malaysia.

    – pernyataan anda “harus kita akui dalam beberapa hal malaysia kini lebih maju, namun sejujurnya identitas budaya bangsa anda memang sangat minim… alias budaya melayu saja yang di daerah kami pun terdapat kebudayaan asli melayu (deli dan riau)” : ini sebagai bukti bahawa anda dan rakan2 anda memang susah sangat nak memahami walau telah dijelaskan berulang kali. anda juga tak faham sejarah.

    – soal paten mematen budaya ini tak pernah jadi isu di malaysia. kerajaan malaysia tidak mematen budaya-budaya tersebut. tidak ada copyright terhadap budaya2 tersebut. yang ada ialah rakyat / kerajaan malaysia menghebahkan kepada dunia bahawa di malaysia ada budaya-budaya tersebut!

    – jargon “malaysia is truly asia” digunakan untuk commercial. ini kerana rakyat malaysia adalah majmuk, berbilang bangsa dan etnik. juga kerana di malaysia terdapat banyak warga asing yang pelbagai bersama-sama mengecapi kemakmuran dan keamanannya.

    – saya sarankan agar indonesia menggunakan jargon “indonesia is truly indonesia” jika mahu. tak perlu berebut jargon. kami juga tak akan mempertikaikan apa jargon anda nanti.

  25. Melayu Says:

    Assalamualaikum dan salam sejahtera

    Saya terpanggil untuk memberi komen setelah isu “Malaysia curi budaya Indonesia” semakin memuncak. Dan saya terasa agak berlebihan setelah “orang-orang besar” dikalangan penduduk Indonesia turut sama dalam arguement ini. Saya hidup dalam suasana perkampungan melayu di timur semenanjung Malaysia. Kini saya berumur 28 tahun. Semenjak kecil lagu “rasa sayang hey” telah saya dengari dari cuping telinga samada semasa bermain bersama rakan-rakan, malah ketika di sekolah. Yang saya pelik, kenapa isu “Malaysia adalah pencuri” tidak pernah diisukan sejak 28 tahun yang lalu kerana setahu saya budaya yang “dicuri” telah wujud di Malaysia sejak sebelum zaman bung karno lagi. Atau mungkin “prinsip” bung karno yang mahu Indonesia Raya masih kuat ketika itu.

    Budaya melayu telah datang ke Malaysia setelah raja-raja melayu yang terdiri dari kerajaan-kerajaan berbilang suku melayu dari kebanyakan kerajaan berpusat di Indonesia. Budaya melayu masih kuat kerana raja-raja melayu masih wujud di Malaysia. Faktor pengaruh politik telah pemecahkan melayu kepada Indonesia, Malaysia, Selatan Thai dan Filipina. Sepatutnya “mereka yang kuat budaya” di Indonesia seharusnya memahami bahawa kita adalah satu rumpun melayu yang besar.

    Saya rasa berbangga kerana Malaysia masih mempunyai raja-raja yang kuat dengan pegangan budaya masing-masing. Kita dalam satu rumpun bangsa yang sama, dari akar yang satu sepatutnya mempunyai kekuatan untuk bersatu. Kita sepatutnya malu dengan dengan bangsa lain dengan perkelahian ini. Jangan disebabkan busuk hati sesetengah pihak akan mendatangkan lagi malapetaka yang buruk. Bangsa asing akan bertepuk tangan melihat kita berkelahi sesama sendiri yang menunggu peluang untuk mengambil sesuatu manfaat dari perselisihan faham antara kita.

    Sekian

  26. Laila Ali Says:

    Dari semua kalimat yang telah diucapkan orang yang menamakan dirinya sebagai melayu ini, kita sudah bisa memahami, bahwa sebenarnya, malaysia itu tidak punya identitas budaya sendiri. Dan yang namanya budaya malaysia, adalah semua budaya indonesia yang dibawa orang2 indonesia yang kemudian beremigrasi ke malaysia. Jadi, budaya malaysia itu sebenarnya tidak ada. Mereka cuma mampu meminjamnya dari Indonesia. Karena untuk menciptakan buadaya sendiri, malaysia tidak mampu…

  27. sukarno Says:

    identiti orang indonesia di mana-mana; SUKA BERGADUH TAK KIRA TEMPAT! dalam negeri, luar negeri, gaduuh terusssssss! hayo semangat! berjuanggggg! hantam sana, hantam sini! itulah mental TKI!


Komentar ditutup.